Lisensi gambar ini via awstoys.
  • Home
  • Fotografi
  • Dari Dapur ke Stock Foto: Fotografi Makanan untuk Shutterstock
Fotografi Shutterstock

Dari Dapur ke Stock Foto: Fotografi Makanan untuk Shutterstock

Pernah kepikiran gak, gimana sih foto-foto makanan berkualitas bisa sampai di Shutterstock? Dari makanan yang tampak sederhana hingga terlihat begitu memikat, ternyata ada banyak proses kreatif yang harus dilewati. Mulai dari dapur, penataan, sampai akhirnya siap dijual di platform global Shutterstock.

Penasaran? Yuk, simak proses lengkapnya di sini…


Lisensi gambar ini via Addictive Creative, Friendly Studios, dan siamionau pavel.

Sebelum kita masuk ke prosesnya, penting untuk mengetahui ke mana foto kita akan dipasarkan.

Memahami platform yang tepat untuk menampilkan karya kita sangat penting karena setiap platform memiliki standar dan kebutuhan yang berbeda. Dengan mengetahui platform mana yang akan kita gunakan, kita dapat menyesuaikan kreativitas dan teknik pemotretan agar sesuai dengan tuntutan pasarnya.

Mengapa Shutterstock?

Shutterstock menjadi platfrom pilihan favorite karena memberikan peluang bagi para fotografer untuk menjangkau klien global.

Asset yang kita upload juga dapat dibeli untuk berbagai tujuan seperti iklan, konten media sosial, hingga projek editorial. Namun, para fotografer harus dapat memastikan bahwa gambar mereka tidak hanya indah, tapi juga relevan dan dapat memenuhi kebutuhan industri kreatif. Hal ini yang dapat menonjolkan karya kamu di dalam pasar yang kompetitif ini.

Lisensi gambar ini via awstoys.

 

Fotografi makanan di Shutterstock memerlukan lebih dari sekedar estetika aja. Kreativitas tidak berhenti di dapur; setiap elemen—dari bahan, teknik pemotretan, hingga strategi pengunggahan—juga memainkan peran yang penting.

Mari kita ulas tahapan-tahapan dan proses kreatif yang menjadikan foto makanan siap untuk dipamerkan dan dijual di Shutterstock.


Lisensi gambar ini via Maskot Images.

 

Setelah kita sudah mengetahui platform mana yang akan kita pilih, sekarang saatnya kita melewati langkah awal hingga akhirnya mencapai proses uploading ke Shutterstock:

1. Konsep yang Matang

Setiap foto makanan yang berkualitas pastinya diawali dengan konsep yang matang.

Untuk Shutterstock, penting untuk mempertimbangkan niche yang sedang tren: apakah itu makanan sehat, street food, atau makanan dengan estetika minimalis? Selain itu, fotografer juga bisa memanfaatkan momentum acara besar, seperti mengabadikan kue nastar dan ketupat saat Lebaran, atau kue keranjang saat Imlek.

Bukan hanya tentang bagaimana membuat makanan terlihat lezat, tetapi juga tentang bagaimana foto tersebut dapat memenuhi permintaan pasar.

Pada tahap ini, fotografer juga harus mempersiapkan elemen estetika seperti pencahayaan, komosisi, atau properti yang akan digunakan.

Penelitian mendalam sangat dibutuhkan untuk memastikan konsep yang diambil sesuai dengan permintaan pasar, sehingga foto tersebut memiliki daya tarik besar di Shutterstock.

Not to do:
  • Menggunakan konsep yang terlalu rumit: Membuat konsep yang terlalu kompleks atau berlebihan justru bisa mengurangi fokus pada makanan itu sendiri.
Lisensi gambar ini via guys_who_shoot.

2. Pemilihan Bahan dan Styling

Makanan di depan kamera bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang visual storytelling. Di sinilah peran seorang food stylist menjadi krusial.

Mereka adalah para professional yang memahami bagaiman makanan dapat terlihat sempurna pada foto. Pada tahap ini, food stylist akan memilih bahan-bahan segar dan berkualitas. Hal ini ternyata penting dikarenakan detail tersebut akan terlihat jelas dalam foto dengan resolusi tinggi.

Food stylist juga akan bekerja sama dengan fotografer untuk mengatur makanan agar terlihat menggoda. Biasanya mereka juga akan menggunakan trik-trik khusus seperti menambahkan minyak agar sayuran terlihat segar atau meletakkan daun mint di posisi yang tepat.

Namun dalam stok foto, food stylist harus ingat bahwa hasil foto tersebut harus bersifat universal dimana tidak akan terlihat terlalu personal atau dibuat-buat. Setiap elemen pada hasil foto tersebut harus dapat digunakan di berbagai konteks, baik pada artikel hingga iklan restoran.

Not to do:
  • Terlalu fokus pada efek visual: Menggunakan trik berlebihan atau styling yang berlebihan bisa membuat foto terlihat palsu dan tidak alami.

3. Setting dan Pencahayaan

Dalam fotografi makanan, pencahayaan menjadi salah satu yang memainkan peran besar.

Pencahayaan alami sering kali menjadi pilihan utama karena memberikan tampilan lembut dan alami pada makanan. Namun dalam beberapa situasi, fotografer juga harus menggunakan lampu tambahan. Pengaturan cahaya yang tepat dapat membantu menciptakan bayangan dan highlight yang diinginkan.

Selain itu, pada tahap ini fotografer juga akan menyusun latar belakang atau properti yang akan digunakan. Tren yang cukup terkenal dan banyak diminati adalah tren minimalis, dimana fotografer akan menggunakan set sederhana dengan latar belakang netral. Hal ini digunakan untuk menjaga fokus pada makanan.

Namun, fotografi makanan dengan gaya Pop Art juga dapat menjadi pilihan untuk menghasilkan gaya fotografi makanan yang berani dan berbeda.

Not to do:
  • Set yang terlalu ramai: Set yang terlalu ramai atau latar belakang yang terlalu mencolok bisa mengalihkan perhatian dari makanan.
Lisensi gambar ini via Cavan Images – Offset dan Addictive Creative.

4. Pengambilan Foto

Ini merupakan tahap yang ditunggu-tunggu dan tahap yang akan mengambil waktu yang paling lama. Pada tahap pengambilan foto, penting untuk memperhatikan proses secara detail.

Dalam satu sesi, fotografer biasanya akan mengambil beberapa gambar dari berbagai sudut dan kompisisi. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan hasil yang paling optimal.

Beberapa sudut umum yang digunakan dalam fotografi makanan adalah:

  • Sudut atas (flat lay): Pengambilan gambar dari atas langsung merupakan gaya yang sangat populer, terutama untuk hidangan yang disajikan secara horizontal seperti pizza, salad, atau meja makan yang penuh dengan berbagai makanan.
  • Sudut 45 derajat: Sudut ini digemari dikarenakan dapat memberikan perspektif yang alami, seperti pandangan manusia saat duduk di meja makan. Sudut ini cocok untuk hidangan seperti burger, kue, atau makanan yang berlapis.
  • Sudut rendah (eye level): Digunakan untuk menonjolkan ketinggian atau tekstur makanan, misalnya untuk cake berlapis atau gelas minuman yang ditumpuk dengan bahan berwarna-warni.

Mengambil banyak gambar dari berbagai sudut ini akan memberi pilihan lebih luas dalam seleksi akhir, terutama ketika mengincar stok foto yang dapat dijual.

5. Proses Editing dan Post-Production

Setelah sesi pemotretan selesai, langkah selanjutnya adalah proses editing.

Pada perkembangan zaman ini, para fotografer memiliki berbagai opsi perangkat lunak yang dapat digunakan untuk proses editing. Salah satunya adalah Shutterstock Create yang dapat digunakan untuk menyempurnakan hasil foto makanan tersebut.

Dalam tahapan ini, editor akan mengkoreksi warna, menyesuaikan kontras, hingga menghilangkan elemen yang tidak diinginkan dalam hasil foto. Hal ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa foto telah memenuhi standar kualitas yang dimiliki Shutterstock. Beberapanya seperti resolusi yang tinggi, detail yang tajam, atau pencahayaan yang baik.

Lisensi gambar ini via tolem929, Nunung Noor Aisyah, dan Brian Hang.
Not to do:
  • Editing berlebihan: Mengedit terlalu berlebihan bisa membuat foto terlihat tidak alami dan mengurangi nilai jualnya.
  • Mengabaikan detail kecil: Tidak menghapus elemen yang mengganggu di latar belakang atau tidak melakukan koreksi warna yang tepat bisa membuat foto kurang diminati.

6. Upload dan Optimasi untuk Shutterstock

Langkah terakhir dari perjalanan ini adalah untuk mengunggah foto-foto tersebut ke Shutterstock. Namun, proses ini bukan hanya sekadar mengunggah.

Setiap gambar harus dioptimalkan sehingga mudah ditemukan oleh calon pembeli. Berikut langkah-langkah singkatnya:

  1. Pemilihan Kata Kunci (Keywords) yang Relevan: Gunakan kata kunci yang sesuai tren, baik yang umum maupun spesifik. Riset kata kunci populer di Shutterstock untuk menjangkau lebih banyak pembeli.
  2. Deskripsi Jelas dan Informatif: Buat deskripsi singkat yang menjelaskan elemen utama gambar.
  3. Pahami Algoritma Shutterstock :Gambar yang relevan, dengan kata kunci dan deskripsi yang tepat, akan mendapatkan peringkat lebih tinggi.
  4. Pemilihan Lisensi dan Kategori: Pilih lisensi komersial atau editorial sesuai dengan gambar. Pastikan kategori sesuai untuk meningkatkan visibilitas.
  5. Kualitas dan Resolusi Gambar : Unggah gambar dalam resolusi tinggi agar tampil optimal di semua perangkat.
  6. Pantau Kinerja : Lihat statistik unduhan dan tampilan gambar. Gunakan data ini untuk mengoptimalkan strategi kata kunci dan meningkatkan peluang penjualan.

Dengan strategi ini, gambar kamu akan lebih mudah ditemukan dan memiliki peluang lebih besar untuk terjual di Shutterstock.


Setelah memahami proses kreatif di balik fotografi makanan untuk Shutterstock, kamu kini bisa melihat bahwa setiap foto yang dihasilkan bukan sekadar gambar, tetapi karya yang dipoles dengan cermat dari awal hingga akhir.

Nantikan artikel-artikel menarik lainnya di Riz Visual untuk lebih banyak tips dan inspirasi seputar dunia fotografi komersial.

Related posts

Tips Mengoptimalkan Iklan Digital dengan Stok Foto

Admin Original

Ragam Citarasa 15 Menu Takjil Untuk Dibagikan

Admin Original

Menembus Kreativitas Tanpa Batas Lewat 14 Aplikasi Edit Foto AI

Admin Original

Ancaman Bisnis Saat Menggunakan Gambar Tanpa Lisensi

Admin Original

10 Teknik Dalam Fotografi yang Bikin Hasil Foto Melongo

Admin Original

Lisensi Shutterstock, Investasi Bisnis Cerdas Untuk Masa Depan

Admin Original

Leave a Comment

Open chat
Konsultasi via WhatsApp
Konsultasi via WhatsApp