Uncategorized

Tren stock photo paling berpengaruh di tahun 2022 ~ 2023

Stock photography telah banyak mengubah industri periklanan, terutama dalam mempersingkat proses kreatif. Jika dahulu agensi periklanan membutuhkan waktu berhari-hari  untuk memproduksi konten visual untuk klien, kini mereka dapat mendapatkannya dalam hitungan menit.

Namun, hingga beberapa tahun lalu, kualitas stock photography perlahan-lahan mulai menurun. Tuntutan kampanye digital marketing yang mengutamakan kecepatan, mengakibatkan banyak brand lebih memilih kuantitas dibandingkan kualitas.

Perubahan kebutuhan ini disambut oleh pasar dengan munculnya sejumlah microstock library dengan sistem subscription. Pada sistem ini, pengguna dapat mengambil foto dengan jumlah besar dan harga per satuan yang rendah. Sistem komisi yang ditawarkan kepada kontributor pada model bisnis subscription ini lebih memihak pada kuantitas.

Alhasil, fotografer lebih fokus untuk memproduksi foto sesuai penggunaannya tanpa terlalu memperdulikan konsep visualnya.

Meskipun estetikanya masih dapat diterima pasar, namun foto yang beredar terkesan cliche dan terlalu komersil. Bahkan kamu dapat membedakan dengan mudah, mana stock photography dan mana foto yang diproduksi secara eksklusif untuk brand tertentu (assignment photography).

Namun sejak tahun 2020 hingga artikel ini ditulis (2022), tren stock photography telah berevolusi. Kini kamu lebih sulit untuk mengetahui apakah foto yang digunakan klien atau brand adalah stock photo atau bukan.

Evolusi ini bermulai dari kejenuhan pasar akan art direction yang monoton, sehingga peforma dari stock photo yang terlihat komersil sudah jauh menurun.

Bahkan sebuah A/B Testing yang dilakukan oleh Marketing Experiment (sebuah Laboratorium Riset Internet) menujukkan bahwa  website yang menggunakan stock photo dengan arahan yang cliche dan komersil, akan berperingkat lebih rendah dalam SEO Google dibandingkan dengan website yang menggunakan fotografi yang lebih unik.

Kini, Authenticity atau nilai keaslian suatu photo lebih dijunjung tinggi dibandingkan estetika yang klise. Oleh karena itu, sebagai photographer maupun sebagai seorang pengguna stock photo penting untuk kita mengetahui beberapa hal berikut ini:

1. Hindari foto yang terlalu banyak dipercantik

Pada akhir tahun 2000an, industri kreatif dibanjiri dengan gambar gambar dengan modifikasi dan editing yang berat. Gambar gambar tersebut hanya mementingkan relevansi kata kunci dan estetika, tanpa memperdulikan realita. Sehingga kini terasa kurang relevan.

Gambar~gambar tersebut biasanya mengandung satu atau dua elemen berikut ini:

Proses pengeditan untuk memanipulasi ketajaman gambar, efek blitz, warna terang dan kontras, model dengan rambut yang melambai~lambai dan lain~lain.

2. Hindari foto dengan konsep yang terlalu general atau klise

Pada tahun 2010an, beredar koleksi koleksi yang menawarkan shortcut untuk konten yang membutuhkan konsep generik seperti: “Teamwork”, “Happy Family”, “Success” . Karena hanya berfokus pada keywords semata, maka gambar yang dihasilkan terlihat tidak nyata dan ekspresi yang terlihat dibuat~buat.

Koleksi gambar yang “stock photo banget” ini menjadi klise karena terlalu universal sehingga terkadang kurang relevan dengan target audience yang disasar. Maka maklum jika akhirnya audience kurang mengapresiasi visual tersebut,  bahkan terbukti dapat menurunkan nilai dari sebuah konten.

3. Fokus pada foto yang otentik yang bercerita

Sejak tahun 2020an, masyarakat lebih menyukai konten~konten visual yang lebih relevan dengan kehidupan mereka sehari~hari. Oleh sebab itu authenticity atau keaslian dari sebuah karya visual, sekarang dijunjung tinggi.

Sebuah visual dinilai authentic bukan hanya karena warna atau pencahayaannya, tetapi juga jika cerita dari visual tersebut dapat dinilai apa adanya (natural).

4. Fokus pada foto yang berestetika minimalis

Beberapa tahun sebelumnya foto still life (berupa benda, produk ataupun makanan) yang populer dhiasi dengan banyak props sebagai elemen pendukung.

Namun kini, foto~foto yang berestetika minimalis dengan memanfaatkan komposisi dan negative space lebih digemari. Hal ini karena foto~foto tersebut lebih mudah untuk digunakan sebagai kebutuhan design. Cukup dengan membubuhkan sedikit typography, foto tersebut langsung dapat diubah menjadi design yang menarik.

Pada akhirnya evolusi tren yang berpindah dari estetika ke authenticity (keaslian) seharusnya tidak hanya dapat lebih mensejahterakan para kontributor, tetapi juga meningkatkan standarisasi kualitas dari visual yang beredar. Visual yang tidak hanya dapat meraih perhatian (attention) dan memberikan gambaran (description) tetapi juga dapat mempengaruhi perasaan dan menimbulkan emosi tertentu (influence).

Jika Anda ingin untuk mulai mempertimbangkan merubah art direction konten Anda sesuai dengan tren di atas, Anda mungkin akan menyukai koleksi koleksi dari Shutterstock OFFSET.

OFFSET merupakan library premium Shutterstock dengan koleksi yang terkurasi sesuai dengan kriteria berikut ini:

• Gambar-gambar estetik yang bercerita
• Gambar-gambar yang terlihat alami dan orisinal
• Art direction dan style yang modern dan dinamis
• Kualitas produksi dengan standar yang tinggi

Hubungi kami lewat link di bawah ini untuk mendapatkan akses OFFSET Shutterstock Anda sekarang:

Contact Us

Selamat berkarya!

Related posts

Mengenal Dall-E, Sejarah dan Perkembangannya

Admin Original

Riz Visual Partner Resmi Shutterstock di Dunia Kreatif

Admin Original

Apa Itu Fotografi Fill the Frame?

Villda Regina

Memilih foto editorial Shutterstock yang berdampak positif kepada pembaca

Riz V

15 Kado Valentine yang Romantis & Penuh Makna

Admin Original

Apa Itu Fotografi Konseptual: Ide dan Panduan untuk Pemula

Villda Regina

Leave a Comment

Open chat
Konsultasi via WhatsApp
Konsultasi via WhatsApp